Kamis, 19 Mei 2011

Mendapatkan Keramik Yang Indah dan Awet


Keindahan keramik tidak hanya ditentukan oleh perawatan melainkan sudah dimulai sejak proses pemilihan.


Keramik adalah jenis lantai yang paling banyak dipakai pada hunian (horizontal dan vertikal) di kota-kota besar. Keluhan yang sering muncul biasanya berkaitan dengan daya tahannya terhadap beban, gores, dan noda. Untuk mengatasinya selama ini saran yang diberikan cenderung terfokus pada perawatan. Padahal, perawatan berkala saja tidak memadai.

Untuk mendapatkan lantai atau dinding keramik yang rapi, indah, dan awet, prosesnya sudah dimulai sejak masa pemilihan dan pemasangan. Pemilihan harus tepat sesuai peruntukan, dan pemasangan harus rapi.

Mungkin Anda hanya bisa terlibat langsung dalam proses perawatan. Sedangkan pemilihan diserahkan pada tukang atau pemborong. Terlebih pemasangan, hampir pasti sepenuhnya ditangani tukang. Meskipun demikian Anda tetap bisa mengontrol proses pemilihan dan pemasangan itu bila memahami kiat memilih dan memasang keramik. Untuk itulah tips ini disajikan.




Tips disarikan dari panduan pemasangan keramik Roman dan KIA, ditambah wawancara dengan Adrianto Gunawan, Marketing Supervisor PT Satyaraya Keramindoindah (produsen keramik Roman dan RomanGres), dan Budi Yulianto, Sales Manager PT Sandimas Reksakeramika Granito (produsen keramik homogeneous Niro Granite).

Pemilihan

Yang pertama harus dilihat dalam memilih keramik adalah ketahanan (bending strength)-nya terhadap benturan, gores, dan noda. Untuk itu Anda bisa membaca label atau menanyakannya kepada penjual. Bisa juga dengan mencoba menggoreskan koin pada permukaan keramik. Bila tergores berarti keramik kurang kuat dan bodinya kurang padat (mudah menyerap air).

Kini ada keramik yang diproduksi dengan teknologi “gres” yang lebih tahan terhadap beban, benturan, dan noda, daya serap air sangat rendah, dan lebih variatif bentuk, ukuran, motif, tekstur dan warnanya. Motif dan varian warna (tonality) menjadi pertimbangan berikutnya.

Tapi, itu saja tidak cukup. Anda juga perlu tepat memilih keramik karena ada banyak jenis keramik sesuai peruntukannya. Misalnya, keramik lantai dan dinding, keramik untuk rumah tinggal dan areal komersial, keramik untuk ruang dalam (interior) dan ruang luar (eksterior), keramik glossy (mengilap) dan doff atau rustic (tidak mengilap), dan seterusnya.            

Ada produsen yang mendefinisikan secara rigid jenis-jenis keramik itu, ada pula yang hanya mengklasifikasikannya secara umum. Roman misalnya, membagi keramik lantainya menjadi lima kategori sesuai dengan daya tahannya terhadap gesekan. Mulai dari keramik untuk area yang hanya bisa dilalui dengan alas kaki lunak atau tanpa alas kaki dan tanpa gesekan kotoran, seperti kamar mandi rumah dan kamar tidur dengan jalan masuk tidak langsung dari luar, sampai keramik untuk area dengan lalu lintas pejalan kaki yang padat dengan gesekan yang keras seperti shopping center, airport, foyer hotel, area pejalan kaki, dan area industri.

Kualitas

Setiap jenis keramik juga memiliki kualitas yang berbeda. Ada yang kualitas satu (KW1), dua (KW2), dan tiga (KW3). Ketahanan, keindahan, presisi, dan harga keramik KW2 tentu lebih rendah ketimbang KW1. Begitu pula ukuran, motif, dan varian warna keramik, sangat bervariasi. Karena itu memilih keramik harus terencana, tidak bisa dadakan. Untuk itu sebelum memilih pastikan:

Luas dan lay out ruang yang akan dilapisi keramik karena akan menentukan jumlah, jenis, ukuran, varian warna, dan aksesoris (kalau ada) keramik yang harus dipesan.
Pola pemasangan keramik: paralel atau diagonal. Kebutuhan keramik untuk pemasangan paralel sangat berbeda dengan pemasangan diagonal. Pemasangan diagonal akan membuat banyak keramik terbuang (wastage). Itu artinya Anda harus melebihkan pesanan lebih banyak dibanding pemasangan secara paralel.
Spesifikasi permukaan yang akan dilapisi keramik: lantai atau dinding, ruang basah atau kering, ruang luar atau dalam, kalau ruang dalam, ruang dalam bagian mana, dan seterusnya. Pilih jenis keramik sesuai peruntukan.
Untuk area eksterior yang sering kontak dengan air seperti teras dan garasi misalnya, pilih keramik yang kuat, tahan cuaca, daya serap air rendah, doff, bertekstur, dan tidak licin (antislip).
Sebaliknya untuk area interior yang sering kontak dengan air seperti kamar mandi dan ruang cuci, sebaiknya bertekstur namun glossy sehingga mudah dibersihkan, daya serap air rendah, dan tidak licin. Sementara untuk area servis seperti dapur basah dan kering, bisa dipilih keramik antislip, bertekstur dan glossy atau sebaliknya, tergantung karakteristik area yang akan dilapisi.
Sedangkan untuk ruang khusus seperti tangga, pilih keramik stepnose atau steptile yang bagian pinggirnya bertekstur atau ada lekukan untuk mencegah orang terpeleset. Permukaan keramik bisa doff atau glossy sesuai selera dan desain interior.
Desain arsitektur dan interior rumah. Untuk rumah bergaya modern dengan perabot simpel, tentu lebih pas memilih keramik dengan motif dan warna yang netral, bukan keramik dengan warna ngejreng dan motif yang ramai. Untuk ruang kecil sebaiknya pilih keramik berukuran kecil atau sedang dengan warna-warna terang, meskipun biaya pemasangannya lebih mahal. Keramik berukuran besar di ruang kecil membuat ruang terkesan sempit meskipun  pemasangan lebih mudah dan murah.
Konsistensi suplai keramik baik dalam jumlah, jenis, ukuran, maupun warnanya. Ini penting agar kalau suatu waktu butuh pengganti, mudah mendapatkannya, sehingga keramik di ruangan tidak belang. Akan lebih ideal bila memilih keramik dari produsen yang memberikan layanan purna jual, jasa konsultasi pemasangan dan supervisi (untuk tipe keramik tertentu).
Keahlian tukang yang akan memasang keramik. Terlebih bila memilih keramik KW2. Dengan tukang yang ahli, keramik KW2 pun bisa tampil indah seperti KW1.

Keindahan keramik tidak hanya ditentukan oleh perawatan melainkan juga pemasangan.


Sebelum memesan sambangi dulu beberapa show room keramik sambil melihat-lihat katalognya. Dengan demikian saat datang lagi Anda sudah memiliki bayangan mengenai keramik yang akan dipilih.

Saat memilih catat nama produsen, nama koleksi, kualitas, kode ukuran dan varian warna keramik yang dipilih, karena keramik yang dipasang harus homogen. Ini juga penting untuk memudahkan Anda kelak memesan ulang.

Lebihkan pesanan 5 – 15 persen dari kebutuhan untuk cadangan, dan mengantisipasi keramik terbuang karena kerusakan atau kesalahan pemasangan. Bahkan, pada pemasangan keramik secara diagonal, keramik yang terbuang akan lebih banyak. Selain itu ada saja kemungkinan suatu waktu tipe keramik yang dibeli sudah tidak dipasarkan lagi.



Pemasangan

Sebelum dipasang keramik, cor beton yang akan dilapisi harus dimatangkan dulu selama satu bulan untuk memberi kesempatan penyusutan. Setelah kering permukaan beton dibersihkan dari debu, oli, cat, minyak, dan lain-lain. Pembersihan sebaiknya dengan air (waterjet) karena dengan sapu saja kurang maksimal. Berikutnya baru beton diberi screed (lapisan dasar dengan permukaan rata).

Screed dibuat dari adukan semen dan pasir dengan perbandingan 1:4 atau 1:5 dan diaplikasikan setebal 3 – 5 cm. Lapisan dibiarkan 3 - 7 hari dan ditutup dengan plastik atau triplek agar terhindar dari kotoran. Pemasangan keramik di atas screed bisa dilakukan dengan lapisan pengikat (tile bed) berupa campuran semen dan pasir, dengan komposisi 1:4 untuk keramik lantai dan 1:2 untuk keramik dinding. Semen dan pasir dicampur dalam keadaan kering hingga warnanya homogen baru diberi air dan diaduk sampai rata.

Tapi, yang ideal tile bed menggunakan bahan khusus (special adhesive) pengikat keramik karena lebih kuat daya ikatnya dan lebih kecil penyusutannya. Bahan yang sudah banyak dijual di pasaran itu tinggal dicampur dengan air dan diaplikasikan sesuai petunjuk.

Untuk permukaan dasar yang berkadar air tinggi, sebelum dipasang keramik sebaiknya diberi lapisan kedap air dulu di bawah lapisan pengikat, guna mencegah air naik ke permukaan yang bisa membuat keramik lepas atau pecah. Pemasangan di ruang luar dibuat dengan kemiringan 1-2 persen untuk menghindari genangan air.

Sebelum dipasang keramik direndam dalam air selama 2-4 jam untuk meminimalkan daya serap airnya setelah terpasang, dan bagian bawahnya dibersihkan. Lapisan screed juga dibasahi untuk meminimalkan penyusutan permukaan. Saat terpasang keramik ditekan dan diketuk-ketuk perlahan dengan palu karet agar rata.

Untuk menghasilkan pemasangan yang rata dan presisi dengan nat rapi, bisa dipakai separator dari rentangan benang dan lain-lain. Pemasangan harus dilakukan di bawah pencahayaan yang memadai, dan sebaiknya dimulai dari tengah (centre area) menuju ke semua tepi untuk mendapatkan lebar keramik yang sama pada perimeter area.

Setelah tiga jam keramik terpasang, baru permukaannya dibersihkan dengan spon basah untuk menghilangkan sisa adukan atau zat adhesive yang tertinggal. Sesudah itu biarkan keramik menetap minimal 24 jam sebelum beranjak ke tahap pengisian nat (spasi antarkeramik) atau grouting.

Grouting dilakukan dengan bahan khusus pengisi nat menggunakan rubber float hingga nat terisi penuh, padat, dan rata. Jangan biarkan ada nat yang kosong karena akan diisi kotoran yang mengurangi keindahan keramik, atau membuat ikatan antarkeramik kurang kuat. Untuk itu lakukan grouting sesuai petunjuk.

Jarak nat jangan terlalu sempit. Untuk lantai 3-4 mm dan dinding 1-2 mm. Nat yang terlalu sempit membuat pemasangan terlihat kurang presisi karena ukuran efektif setiap keping keramik biasanya tidak persis sama. Dengan nat yang tipis, daya ikat antarkeramik juga kurang kuat. Sebaliknya dengan nat yang cukup lebar ada ruang bernapas bagi keramik saat terjadi pemuaian.

Untuk itu upayakan memilih bahan pengisi nat yang kuat, tahan terhadap zat pembersih, dan mampu mengakomodasi pemuaian keramik. Sisa grouting harus segera dibersihkan dengan spons basah atau handuk dan dilap kembali dengan yang kering.

Selama minimal tiga hari pertama setelah terpasang, permukaan keramik ditutup dengan triplek atau plastik dan tidak boleh diinjak atau terbentur. Untuk itu pemasangan keramik sebaiknya dilakukan pada tahap terakhir.

 Perawatan

Keramik tidak perlu perawatan khusus. Cukup disapu dan dipel secara berkala, misalnya sekali sehari, dengan pembersih lantai yang dilarutkan dalam air bersih. Bila terkena noda cairan, segera bersihkan dalam waktu kurang dari 24 jam. Bila dibiarkan menetap, noda cairan akan sukar dibersihkan karena sudah meresap ke pori-pori keramik.

Kalau kotoran agak sulit dibersihkan, Anda dapat menyikatnya. Keramik cukup kuat menahan gesekan sikat tanpa tergores dan merusak tampilannya. Tidak disarankan membersihkan keramik dengan bahan pembersih lantai porstex, karena dapat mengikis nat atau bahkan menyebabkan keramik lepas dari lapisan pengikatnya.

Khusus keramik homogeneous pengilapan bisa dilakukan dengan di-polish. Sedangkan keramik biasa tidak bisa karena glazurnya bisa hilang. Bila rusak, retak, dan ternoda berat, keramik harus diganti dengan yang baru dari tipe dan ukuran yang sama.

Kalau yang rusak satu cukup ganti satu. Untuk itu sebelum membongkar, congkel dulu lapisan pengisi nat di sekeliling keramik yang rusak dengan pisau atau alat lain yang berujung tajam secara hati-hati.

Buat irisan diagonal (tarik dari masing-masing sudut) di permukaan keramik dengan pisau tajam (cutter). Kemudian dengan paku besar atau alat lain yang berujung lancip, ketok permukaan keramik di bagian tengah (di pertemuan dua irisan diagonal) perlahan-lahn sampai keramik retak/pecah.

Selanjutnya congkel keramik dengan pahat hingga lepas dari lapisan pengikatnya. Bersihkan bekas lapisan pengikat, kerikil, dan lain-lain dengan alat yang sesuai. Aplikasikan adukan atau lapisan pengikat yang baru dan pasang keramik pengganti. Setelah 24 jam baru lakukan grouting. Bunga, Amel, Yoenazh
sumber:www.housingestate.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar