Dalam pembangunan fisik rumah kos-kosan tentu yang perlu diperhatikan material yang murah meriah sesuai dengan kelasnya. Sesuai dengan kelasnya ? Ya, tentu saja. Jika kos-kosan kelas mahasiswa maka cukup dengan batako. Dan jika kelas karyawan harus dengan bata merah. Itu sebagai contoh. Karena tentu item materialnya banyak.
Lalu disainnya juga terbuka namun tetap aman. Udara bisa masuk mengalir ke seluruh ruangan namun tetap satu pintu masuk yang bisa dikunci hingga penjaga kos mudah mengawasinya. Penghuni kos akan sehat dan segar karena bangunan memenuhi standard kesehatan dengan baik dan benar. Di sisi lain dengan pengawasan yang baik penghuni kos juga terhindar dari penyakit masyarakat seperti narkoba, sex bebas dll.
Disain juga harus efektif agar jumlah kamar yang didapat banyak. Hingga pengembalian modalnya tidak terlalu lama. Juga akan menjadi daya tarik penghuni. Kebutuhan primer anak kos harus dipenuhi. Seperti parkir motor dan jemuran yang aman, taman privasi yang menjaga ketenangan serta dapur dan ruang duduk yang multi fungsi.
Derahnya dekat dekat kampus dan departemen store. Hingga dibangun dengan bahan-bahan kelas menengah. Agar murah dan tetap menarik dinding bangunan luar di kamprot ( tidak diplester – aci ) atas dan bawahnya. Hanya bagian tengah saja yang diplester aci lalu di cat kuning-oranye agar cerah.
Setiap kamar memiliki km/wc yang ada didepan, hingga tetap dapat cahaya. Dan di bagian depan-bawah kamar terdapat lubang angin. Hingga angin dingin yang cenderung ada di bawah tetap mengalir masuk dan menjaga suhu ruang agar tetap sejuk. Selain itu masing-masing area kamar memiliki ruang jemur yang terlokalisir. Selain urusan privasi menjadi mudah, ruang jemur juga menjadi sumber sirkulasi udara karena bentuknya yang agak terbuka.
Musholla menjadi daya tarik utama. Selain ia berfungsi sebagai sarana mendekatkan diri pada Allah, ia juga bisa menjadi bangunan multi fungsi seperti tempat berkumpul sekedar duduk-duduk melepas lelah atau jadi ruang belajar tambahan.
Di sisi dalam bangunan kamar tetap di deretkan seperti kue lapis. Karena pola ini hemat biaya dan optimal dalam penggunaan lahan. Pengawasan ibu kos juga mudah. Karena keluar masuk penghuni terlihat jelas. Dengan teras bersama dan taman serta jalan setapak membuat suasana semakin lapang, segar dan asri.
Untuk faktor non teknis yang merupakan bagian diluar bangunan adalah berkaitan dengan manajemen dan pengelolaan kos itu sendiri. Menurut saya rumah kos harus menseleksi penghuninya, memilih penjaga kos yang amanah dan mengerti dalam merawat bangunan serta mengelola rumah kos, membuat peraturan yang ketat namun tetap menjaga kenyamanan penghuni dan pengaturan keuangan yang baik.
Saya setuju dengan pinjaman dana bank syariah yang berkonsep mudhorobah/bagi hasil. Menurut saya sama saja dengan KPR biasa ke bank. Namun KPR yang digunakan untuk membangun rumah kos. Untuk sewa lahan saya agak kurang setuju. Karena sulit mengaturnya. Tanahnya milik orang lain. Bangunan uang kita. Repot juga nanti menjaga komitmennya. Sebaiknya memang tanah milik sendiri.
Demikian mungkin yang dapat saya berikan. Semoga ada manfaatnya bagi kita semua
Kamis, 09 Desember 2010
Tips membangun kos - kosan di Malang
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar